Filosofi Setiap Bagian Bangunan Museum Istano Basa Pagaruyung

    Filosofi Setiap Bagian Bangunan Museum Istano Basa Pagaruyung
    Foto : Journalist.id

    TANAH DATAR - Istano Basa Pagaruyung berlokasi di Nagari Pagaruyung Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar dan 108 kilometer dari Ibu kota Sumatera Barat, Padang. Istano Basa Pagaruyung adalah bangunan rumah adat Minangkabau berbentuk rumah gadang yang dibuat dengan mempedomani Istana yang pernah ada sebelumnya dan mempedomani bangunan rumah gadang lainnya.

    Istano Basa Pagaruyung yang dibangun kembali pasca kebakaran tahun 2007, sama persis bentuk bangunannya dengan Istano Basa Pagaruyung sebelum terbakar, hanya saja posisi bangunan ditempatkan mundur kebelakang lebih kurang 40 meter. Begitu juga fasilitas lainnya, antara lain seperti bangunan dan isi interior semuanya dibangun dan diisi sama dengan yang lama.

    Konstruksi bangunan Istano Basa Pagaruyung unik terutama bila dilihat dari luar. Semua tiang berdiri dengan posisi miring ke kiri dan ke kanan, kecuali Tonggak Tuo yang berdiri tegak lurus. Konstruksi seperti ini mempunyai nilai-nilai falsafah sebagai berikut :

    Konstruksi bangunan yang semakin besar ke atas melambangkan bahwa Adat dan Budaya Minangkabau terus berkembang sejalan dengan kemajuan dan peradaban. Sementara konstruksi yang semakin mengecil kebawah memproyeksikan seolah-olah semua tiang-tiang tersebut bertemu pada suatu titik jauh di perut bumi, konstruksi ini melambangkan satu kesatuan.

    Bangunan Istano Basa Pagaruyung terdiri atas 3 (tiga) unsur yaitu :

    Kerangka Dasar Unsur Utama Unsur Penunjang

    Istano Basa Pagaruyung dengan semua unsur-unsurnya mewakili dan melambangkan kehidupan Adat dan Budaya Minangkabau.Berikut arti dan makna yang ada pada bangunan Istano Basa Pagaruyung

    KERANGKA DASAR

    Kerangka Dasar Istano Basa Pagaruyung terdiri dari batu sandi, tiang, unsur pemersatu, unsur pengokoh dan deretan tiang.

    Batu Sandi

    Batu Sandi adalah tempat berdirinya masing-masing tiang, keberadaan batu sandi memiliki sebuah kaum untuk masingmasingnya, sebuah batu sandi melambangkan kesepakatan dan kesatuan anggota kaum untuk memilih salah seorang laki-laki dalam kaum yang bersangkutan untuk menjadi pemimpin, suri teladan, penasehat, wakil dan pelindung mereka. Batu sandi tersebut juga melambangkan dukungan anggota kaum untuk mematuhi, melaksanakan dan mendukung kebijakan-kebijakan yang di ambil untuk kepentingan bersama.

    Tiang

    Bangunan Istano Basa Pagaruyung terdiri dari 72 buah tiang, 3 lantai dan 11 gonjong. Pengelompokan tiang bangunan Istano Basa Pagaruyung dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok mewakili dan melambangkan peran yang berbeda sesuai dengan letak dan fungsi masing-masing.

    Pengelompokan tiang Istano Basa Pagaruyung adalah :

    Tiang Panagua Alek

    Deretan yang pertama dari depan dinamakan tiang panagua alek yang mewakili dan melambangkan peran penghulu kaum sebagai penasehat dari setiap pertemuan, kegiatan sosial dan keramaian ditengah-tengah masyarakat, deretan tiang panagua alek juga dinamakan tiang tapi.

    Tiang Temban

    Deretan yang kedua dari depan dinamakan tiang temban yang mewakili dan melambangkan keramah-tamahan, suka menerima tamu dan suka menolong tanpa membedakan agama, bangsa dan warna kulit, tapi berdasarkan saling pengertian

    Tiang Panjang

    Deretan yang ketiga dari depan dinamakan tang panjang yang mewakili dan melambangkan kemampuan pemimpin, cendikiawan Minangkabau dalam mengorganisir, memimpin, menciptakan, memberi, menjaga dan melindungi stabilitas,

    persatuan dan kesatuan kerajaan dalam semua aspek kehidupan, deretan Tiang Panjang juga dinamakan tiang Simajolelo

    Tiang Puti Bakuruang

    Deretan yang keempat dari depan dinamakan tiang puti Bakuruang yang mewakili batas ruangan yang satu dengan yang lain dan melambangkan batas-batas ruang gerak dan tanggung jawab urang sumando dirumah istrinya, tiang puti bakuruang juga dinamakan tiang biliak.

    Tiang Suko Dilabo

    Deretan tiang yang paling belakang dinamakan tiang suko dilabo yang mewakili kaum wanita sebagai ibu, pendamping suami, pelaksana adat dan kebudayaan, Ia melambangkan komitmen kaum wanita untuk menyajikan yang terbaik yang bisa mereka lakukan demi kelangsungan hidup, keutuhan keluarga, kaum, adat dan kebudayaan Minangkabau

    Tiang Salek

    Istilah tiang salek berarti deretan tiang yang dipasang antara rasuak atas dan bawah, Ia terletak antara tiang puti bakuruang dan tiang dapua tapi dibalik kain kelambu di dalam kamar. Tiang Salek mewakili dan melambangkan peran generasi muda dan generasi penerus masyarakat Minangkabau dan merelakan Adat dan Kebudayaan Minangkabau akan diwariskan.

    Tonggak Tuo

    Dalam adat Minangkabau Tonggak Tuo adalah Tonggak yang paling tua (yang pertama) dalam mendirikan Istano Basa Pagaruyung. Tata cara mendirikan Tonggak Tuo ditentukan pula menurut adat Minangkabau.

    Tonggak Gantung

    Dua buah tiang yang tegak diujung sebelah kanan dan kiri bangunan Istano Basa Pagaruyung tidak menyentuh permukaan tanah, kedua tiang tersebut dinamakan “Tunggak Gantuang“ yang mewakili keberadaan Datuk Ketemanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang sebagai peletak dasar kerangka Adat Minangkabau dengan segala kebesaran dan peranannya dalam kehidupan Adat Minangkabau.

    Tiang pada Istano Basa Pagaruyung, tidak hanya sekedar tonggak bangunan, tapi juga terdapat unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, yaitu :

    Unsur Pemersatu.

    Walaupun masing-masing tiang bisa berdiri dengan kokoh diatas batu sandi yang kuat. Tiang-tiang tersebut tidak akan pernah membentuk kerangka bangunan, berarti dalam kehidupan Adat Minangkabau tanpa kehadiran unsur penghubung dan pemersatu diantara semua kaum beserta pemimpin mereka, mereka tidak akan bersatu dan tidak akan memiliki rasa kebersamaan sama sekali. Diantara unsur-unsur pemersatu tersebut ada beberapa unsur yang penting yang perlu diketahui :

    Rasuak

    Rasuak adalah balok pemersatu tiang dengan tiang menurut lebar bangunan.

    Paran

    Paran adalah balok pemersatu antara tiang dengan tiang menurut panjang bangunan. Kehadiran rasuak dan Palanca sebagai unsur pemersatu ini membentuk sebuah kerangka bangunan yang berdiri kokoh dan semua unsur saling menunjang dan membutuhkan. Kedua unsur pemersatu ini mewakili dan melambangkan peran yang demban oleh Langgam Adatdan Undang-Undang Luhak sebagai pedoman utama yang akan menyatukan semua versi masyarakat dalam kehidupan sosial.

    Unsur Pengokoh

    Keberadaan rasuak dan paran belum menjamin kekuatan, kestabilan dan kedataran permukaan lantai. Kehadiran unsurunsur pengokoh berikut sangat dibutuhkan :

    1) Singgitan

    Singgitan adalah balok kayu yang diletakkan di atas permukaan Rasuak untuk membentuk permukaan datar antara rasuak dan palanca. Ia mewakili dan melambangkan peran “mungkin jo patuik“ yang menjadi standar dalam setiap kegiatan ditengah - tengah masyarakat Minangkabau.

    2) Jariau

    Jariau adalah balok kayu yang dipasang paralel dengan Palanca dan kedua ujungnya diletakkan pada Singgitan. Ia mewakili dan melambangkan peran aktif masyarakat, Tungganai dan pembantu penghulu sebagai pelaku dalam pengawas kehidupan sosial yang berpedoman pada agama dan adat.

    Penulis : Joni Hermanto

    Sumber : Berbagai sumber

    Joni Hermanto.

    Joni Hermanto.

    Artikel Sebelumnya

    Asal-usul Berdirinya Kesultanan Pagaruyung...

    Artikel Berikutnya

    Museum Istano Basa Pagaruyung Merupakan...

    Berita terkait

    Puasa dan Jihad

    Puasa dan Jihad

    Rekomendasi

    Bakamla RI Berikan Pertolongan Medis ABK KM Lintas Samudra 2 di Perairan Natuna
    Cegah Paham Radikalisme, Polri Tekankan Pentingnya Upaya Kontra Radikal 
    Hendri Kampai: Jika Anda Seorang Pejabat, Sebuah Renungan dari Hati ke Hati
    Hendri Kampai: Indonesia Baru, Mimpi, Harapan, dan Langkah Menuju Perubahan
    Kapolri-Panglima TNI Tinjau Kesiapan Program Ketahanan Pangan di Jawa Tengah

    Ikuti Kami