Joni Hermanto
Joni Hermanto
  • Nov 18, 2021
  • 4494

Pentingnya Perencanaan Evaluasi dalam Meningkatkan Mutu Sekolah

Pentingnya Perencanaan Evaluasi dalam Meningkatkan Mutu Sekolah
Foto : Journalist.id

Oleh : Imelda

MTsN 17 TANAH DATAR

Kesuksesan dalam sebuah pekerjaan tergantung kepada perencanaan perkerjaan tersebut, kalau perencanaannya disusun dengan baik maka pekerjaan tersebut akan berjalan dengan baik  Perencanaan adalah suatu bagian yang sangat penting dan juga tidak bisa dipisahkan dari proses manajemen.

Perencanaan menurut Erly Suandy adalah sebuah proses dalam menentukan tujuan organisasi dan juga penyajiannya secara lebih jelas dengan berbagai strategi, taktik dan operasi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan utama organisasi kecara keseluruhan. Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk kegiatan yang sudah terkoordinasi demi mencapai suatu tujuan tertentu dan juga dalam jangka waktu tertentu. Sehingga dalam perencanaan terdapat berbagai kegiatan kegiatan pengujian pada beberapa arah pencapaian, menganalisa seluruh ketidak pastian, menilai kapasitas, menentukan tujuan pencapaian dan juga menentukan langkah dalam pencapaiannya.

Dengan perencanaan yang matang berarti 50 % dari pekerjaan kita sudah selesai begitu juga dalam mengevaluasi, perencanaan evaluasi yang matang dan sempurna akan membuat ketercapaian tujuan yang ditetapkan hampir mendekati kesempurnaan juga.

Evaluasi program pendidikan dapat dikatakan sebagai proses monitoring dan penyesuaian yang dikehendaki oleh para evaluator dalam menentukan atau meningkatkan kualitas pendidikan. Evaluasi menunjukkan seberapa baik program pendidikan berjalan dan menyediakan cara untuk memperbaikinya.

Evaluasi merupakan bagian yang paling penting dalam proses evaluasi secara keseluruhan. Kita harus memiliki  perencanaan evaluasi  yang baik sebelum hal tersebut di implementasikan. Dengan perencanaan yang baik diharapkan bahwa implementasi evaluasi akan berjalan lancar sesuai dengan tujuan yang ingin di capai.

Kita perlu merencanakan dan melaksanakan evaluasi secara sistematis dengan cara (a.) mengidentifikasi kebutuhan, (b.) memilih strategi yang tepat dari berbagai alternatif ( c ) memonitor perubahan yang muncul (d) mengukur dampak dari perubahan tersebut.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam merencanakan suatu evaluasi yaitu ( 1 ) menentukan tujuan evaluasi, merumuskan masalah ( 2) menentukan jenis data (3) menentukan sampel evaluasi ( 4) menentukan model evaluasi sesuai dengan tujuan evaluasi (5) menentukan alat evaluasi (6) merencanakan personil evaluasi (7) merencanakan anggaran dan (8) merencanakan jadwal kegiatan.

Perencanaan evaluasi dapat dikatakan sebagai suatu menguraikan strategi dalam cara mendapatkan serta menganalisis data guna membantu meningkatkan efektifitas suatu evaluasi program pendidikan. Yang termasuk kedalam perencanaan evaluasi ini adalah (1) penjelasan mengenai perlunya evaluasi dan tanggung jawab melakukan evaluasi (2) penentuan batasan evaluasi dan analisis kontek evaluasi (3) identifikasi pertanyaan, kriteria dan masalah evaluatif (4) perencanaan pengumpulan, analisis dan interpretasi informasi dan (5) mengembangkan tim manajemen perencanaan evaluasi sampai mendapatkan suatu kesepakatan mengenai prosedur evaluasi yang akan dilakukan.

Evaluasi yang dilakukan terhadap sebuah sekolah dengan perencanaan yang matang dan terarah akan membawa hasil yang memuaskan, karena setiap evaluasi yang dilakukan dengan sempurna tentu kedepannya diharapkan adanya perubahan yang siknifikan terhadap sekolah tersebut yang pada akhirnya akan bermuara terhadap mutu sekolah tersebut yang ditandai dengan tercapainya tujuan pendidikan Nasional.

Mutu Sekolah harus didahului oleh efektifitas semua program sekolah sebagai organisasi yang dijalankannya ke dalam sistem yang terorganisasi dan terintegrasi (Hoy dan Miskel, 2013). Sebagai sebuah organisasi, sekolah mengambil masukan dari lingkungan (input), mengubah atau mengolahnya (proses), dan memproduksi hasil (output). Efektif yang dimaksudkan di sini adalah sebuah keadaan dimana tujuan menjadi ukuran untuk hasil yang diperoleh. Dari hal tersebut, maka pendidikan lebih tepat diarahkan sebagai sebuah proses dalam mengubah input menjadi output yang berbeda. Berbeda disini bukan berarti menghasilkan sesuatu yang sama sekali berbeda, tetapi menjadikan input yang ada menjadi memiliki nilai tambah bersifat abstrak setelah melalui proses, namun tetap dengan keadaan serupa. Oleh karenanya, secara konseptual, mutu pendidikan dapat dilihat dari siswa yang masuk, mutu input dan proses instruksional, dan mutu dari keluaran (Scheerens, dkk. 2011; Ngware, 2011).

Pada dasarnya, sekolah yang bermutu memiliki tujuan agar kegiatan pendidikan yang terjadi di dalamnya bisa berlangsung dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Semua aktivitas, usaha, maupun upaya yang dilakukan tertuju kepada keberlangsungan kegiatan tersebut, yaitu kegiatan pembelajaran (Sallis, 2005). Hal tersebut menyiratkan bahwa pendidikan intinya adalah tentang belajar. Sehingga, ketika membicarakan mutu sekolah, maka tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri, karena dari situlah mutunya dapat dilihat. Artinya, dapat ditarik kesimpulan bahwa mutu sekolah mengarah kepada mutu proses yang terjadi di dalamnya, yaitu proses belajar mengajar, dimana terjadi interaksi pembelajaran antara guru dan peserta didik (Piggozzi, 2007).

Jika dihubungkan dengan pemikiran Hoy dan Miskel di atas, maka jika proses pembelajaran tersebut ingin berjalan efektif, sekolah sebagai tempat terjadinya proses belajar mengajar harus menemukan cara-cara untuk menciptakan struktur yang terus menerus menunjang proses belajar mengajar. Sekolah harus bisa menciptakan suatu sistem yang efektif sehingga akan mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu pendidikan yang bermutu. Mutu pendidikan  adalah bagaimana kualitas penyelenggaraan atau pelayanan pendidikan yang meliputi: kesiapan siswa, ketersediaan tenaga pengajar, sarana dan prasarana, metode pembelajaran, relevansi pendidikan dengan kebutuhan, suasana lingkungan, dan iklim sekolah (Supriyadi, 2009).

Penulis :
Bagikan :

Berita terkait

MENU